Mahasiswa aktif UIN Sunan Kalijaga

Metode Deduksi Bukan Milik Para Detektif

Kamis, 16 Januari 2025 06:46 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
detektif
Iklan

Metode deduksi adalah pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus, dari premis yang sifatnya universal ke premis yang sifatnya partikular ataupun premis yang sifatnya partikular ke premis yang sifatnya singular.

 Metode ini dicetuskan oleh seorang filsuf ternama yaitu Aristoteles yang terkenal dengan sebutan Bapak Logika.

Metode deduksi yang selalu menjadi template para detektif ternyata bukanlah metode yang sebenarnya dilakukan oleh detektif. Baik itu Sherlock Holmes, Hercule Poirot, L Lawliet dan Osamu Dazai tidak memakai metode deduksi dalam mengungkap berbagai kasus. Lalu, menggunakan metode apakah mereka ? Tulisan ini sedikit banyak akan berbicara mengenai metode sebenarnya yang dilakukan oleh para detektif ditinjau dari segi penyimpulan para detektif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Asal Metode Ilmiah

Sebelum adanya metode ilmiah, metode yang sering digunakan adalah metode deduksi, merupakan metode yang menguasai dunia intelektual selama 2 millenium. Metode ini dicetuskan oleh seorang filsuf ternama yaitu Aristoteles yang terkenal dengan sebutan Bapak Logika. Ia disebut sebagai bapak logika karena menjadi pionir pertama yang mencetuskan suatu bentuk sistematis dari penalaran menggunakan silogismenya. Silogismenya inilah yang disebut sebagai metode deduksi.

Metode ini adalah pengambilan kesimpulan dari umum ke khusus, dari premis yang sifatnya universal ke premis yang sifatnya partikular ataupun premis yang sifatnya partikular ke premis yang sifatnya singular. Dengan sistem berpikir yang sangat maju ini, Aristoteles berhasil mempengaruhi para pemikir dan filsuf setelahnya bahkan sampai pada kalangan ilmuan dan teolog. Namun, kejayaan silogisme Aristoteles berhasil diruntuhkan oleh seorang filsuf yang hidup pada masa Ratu Elizabeth I dan Raja James I yaitu Francis Bacon.

Francis Bacon adalah seorang polymath atau orang yang menguasai banyak bidang baik sains, sastra, filsafat, politik hingga hukum. Ia lahir di lingkungan politik, ayahnya adalah pemegang stempel agung Ratu Elizabeth I. Ia bersekolah di Universitas Cambridge dan di sanalah dia bertemu dengan pemikiran-pemikiran Aristoteles. Kecintaannya kepada sains terlihat ketika ia menjabat sebagai Lord Chancellor, jabatan tertinggi di pengadilan. Ia menginginkan adanya kolese atau kelompok belajar yang mempelajari ilmu pengetahuan empiris. Cita-citanya tersebut baru terwujud ketika cucu dari Ratu Elizabeth I menjabat sebagai raja.

Bacon adalah orang pertama yang berpendapat bahwa manusia bisa menaklukkan alam dan berkatnya ilmu pengetahuan berhasil mencapai kemajuan yang tidak terbayangkan. Bacon mengkritik para rasionalis sekaligus para empiris. Menurutnya, para rasionalis hanya mengawang saja dan tidak melihat realitas sebenarnya yang berada di luar pikiran. Sedangkan para empiris diibaratkan sebagai semut yang sibuk mengumpulkan data dan tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan data itu. Oleh karena itu, Bacon membuat terobosan baru untuk memajukkan ilmu pengetahuan tentang alam dengan menghadirkan metode yang akan dikenal sebagai metode induksi. Metode inilah yang sebenarnya sering digunakan oleh para detektif untuk mengungkap berbagai kasus.

Metode Sebenarnya

Bukanlah metode deduksi melainkan metode induksilah yang menjadi metode para detektif. Cara kerja metode ilmiah Bacon ini dapat dirumuskan menjadi beberapa prinsip kerja. Pertama yaitu mengamati fakta, mencatat pengamatan yang dilakukan dan mengumpulkan data yang sudah diamati. Dalam konteks ini, para detektif sebelum melakukan investigasi mereka melakukan observasi. Perlu diketahui investigasi dan observasi adalah dua hal yang berbeda. Investigasi adalah bertujuan untuk mengetahui latar belakang sebuah permasalahan sedangkan observasi bertujuan memahami persoalan. Menurut metode Bacon langkah pertama adalah observasi.

Kedua adalah memastikan tidak ada subjektivitas pada data-data yang dikumpulkan. Jarang sekali para detektif memberikan pendapatnya terhadap data yang diamati, mereka lebih memilih diam dan melakukan pertimbangan kemungkinan adanya distraksi. Seperti yang dilakukan oleh Sherlock Holmes saat ditanya oleh Watson alasan dia tidak berasumsi apapun ketika berada di perjalanan. Tidak lain, itu dilakukan semata-mata untuk menjaga supaya datanya tetap objektif.

Ketiga adalah fakta akan berbicara dan membentuk suatu pola sebab akibat yang nantinya akan menjadi hukum alam. Namun, kita juga perlu waspada adanya fakta yang bertentangan. Inilah kelemahan detektif kepolisian yang membedakannya dengan Sherlock Holmes. Mereka cenderung lebih suka melompat kepada kesimpulan hanya karena satu bukti yang sesuai dengan kesimpulan mereka. Mereka mengabaikan data-data yang sebelumnya sudah mereka kumpulkan. Adanya satu fakta yang bertentangan dengan data-data lain yang sudah terkumpul bukan berarti fakta tersebut menjadi alasan mengapa suatu fenomena terjadi.

Langkah terakhir adalah menguji hipotesa-hipotesa dengan eksperimen. Jika eksperimen tersebut berhasil maka suatu hukum alampun berhasil ditemukan. Proses menemukan suatu hukum alam inilah yang disebut sebagai induksi. Lalu, penerapan hukum alamnya adalah deduksi. Inilah alasan para detektif bisa menangkap dalang dibalik kasus-kasus kejahatan. Setelah mendapatkan bukti-bukti atau dalam konteks ini hukum alam, selanjutnya mereka akan mengujinya untuk memancing si penjahat.

Hal Lain Mengenai Metode Sebenarnya

Francis Bacon melalui metode induksinya ini akhirnya dikenal sebagai Bapak Metode Induksi. Disamping tahapan metode berpikir induksinya itu, ia juga mengingatkan kepada kita untuk selalu waspada dengan pemikiran yang bisa menyeret kita ke kesesatan. Ia membagi pemikiran-pemikiran yang menyesatkan itu menjadi berhala-berhala atau idola berpikir.

Pertama, Bacon menyebutnya sebagai berhala para bangsa atau idola tribus. Ini adalah kecenderungan manusia untuk bersikap tidak kritis, kecenderungan untuk mengambil kesimpulan tanpa dukungan fakta yang cukup. Sikap ini tergambar oleh karakter Watson yang dengan begitu mudah menerima kesimpulan yang diberikan oleh Inspektur.

Kedua adalah berhala gua atau idola specus, menyebabkan orang untuk menilai suatu fakta berdasarkan prasangka pribadi. Orang yang terjebak dalam kesesatan berpikir ini biasanya akan menilai situasi atau fenomena secara subjektif.

Ketiga adalah berhala pasar atau idola fori, kecenderungan untuk memihak kepada kebenaran berdasarkan kebanyakan pendapat yang mengatakan demikian. Jika kebanyakan polisi mengatakan bahwa penyebab kematiannya adalah racun, maka itulah penyebab kematian sebenarnya. Itulah ilustrasi kesesatan berhala pasar.

Keempat adalah berhala teater atau idola theatre, kecenderungan seseorang untuk bersikap dogmatik terhadap sebuah pemikiran. Ini berawal dari kesalahan dalam memandang sebuah pemikiran. Bacon mengandaikan pemikiran itu sebagai sebuah ideologi yang memberikan realitas palsu kepada manusia.

Konklusi

Penjelasan yang kita pahami setelah membaca tulisan ini adalah metode sebenarnya dari para detektif adalah metode induksi bukan metode deduksi. Bukan berarti penjelasan ini akan menjadi penjelasan final tentang metode sebenarnya dari para detektif. Mungkin ada alasan lain penulis novel misteri dan sutradara film misteri menggunakan istilah deduksi pada setiap karyanya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kafil Affan

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler